Thursday, March 31, 2011

Gagal Faham

Jujur saja, saya mengalami gagal faham atas cara kerja PT Kereta Api Indonesia. Transportasi publik ini sepertinya masih terlena dengan statusnya sebagai perusahaan monopoli angkutan kuda besi. Nyaris tidak pernah beres, baik dalam mengelola perusahaan maupun memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Terlalu banyak contoh ketidakberesan PT Kereta Api bila harus ditulis semua di sini, yakni dari mulai seringnya kecelakaan hingga on time performance yang sangat amburadul.

Salah satu contoh keamburadulan PT Kereta Api adalah soal pengunduran pemberlakukan perubahan KRL Express di Jabodetabek menjadi KRL AC yang semula dijadwalkan mulai per 1 April diundur hingga 1 Juli. Perubahan tersebut terkesan sangat mendadak, bahkan nyaris tanpa direncanakan.

Bayangkan saja, sekitar dua minggu sebelum rencana perubahan dimulai per 1 April, sudah banyak spanduk yang dibuat manajemen PT Kereta Api yang memberitahukan rencana perubahan tersebut. Bahkan di media-media massa juga sudah banyak berita tentang itu. Hebatnya lagi, jadwal perubahana tersebut sudah difoto copy dan dijual ke calon penumpang di hampir setiap stasiun.

Bagi pelanggan KRL AC dan KRL Express mungkin pengunduran pemberlakuan tersebut malah menyenangkan dan disyukuri, karena, khususnya bagi konsumen KRL AC tidak perlu merogoh kantong lebih dalam lagi untuk membayar karcis sekitar Rp 9 ribu (Bogor-Jakarta) atau sekitar Rp 7 ribu (Serpong-Jakarta).

Tapi bukan di situ persoalannya, persoalan utamanya adalah sepertinya PT Kereta Api semau-maunya saja mengeluarkan berbagai kebijakan dan sekaligus menganulirnya. Sehingga kalau dilihat dari substansi dari kejadian itu, cara kerja PT Kereta Api tidak berdasarkan perencanaan yang matang. Maka tidak heran kalau kinerja perusahaan itu tidak pernah bagus, hingga sekarang.(*)